Candi Wasan Desa Batuan






 Hasil Observasi Pura Puseh Candi Wasan
Desa Adat Ganggangan Cangi,  Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
Provinsi Bali

observasi ini dilakukan oleh Kader Pelestari Budaya yang merupakan suatu organisasi yang bergerak dibidang kebudayaan dan bernaung di bawah Dinas Kebudayaan. Observasi ini dilakukan berdasarkan laporan dari salah satu anggota Kader Pelestari Budaya yang mengatakan bahwa didaerahnya terdapat bangunan bersejarah berupa candi yang baru dipugar, tapi anehnya masyarakat yang tinggal disekitar daerah tersebut kurang mengetahui keberadaan bangunan bersejarah tersebut. Dari latar belakang tersebut Kader Pelestari Budaya mencoba untuk mengunjungi bangunan tersebut dan sekaligus melakukan observasi. Di dalam observasi ini, Kader Pelestari Budaya menerjunkan anggota dari Divisi Budaya Materi Kader Pelestari Budaya Provinsi Bali. Dikarenakan masih melakukan observasi pengamatan maka dari itu anggota yang dilibatkan adalah anggota yang dekat dengan lokasi Pura Puseh Candi Wasan tersebut, karena hasil observasi ini nantinya akan menjadi kajian untuk kami semua dari anggota Divisi Budaya Materi. Pelaksanaan observasi yang dilakukan di Pura Puseh Candi Wasan berjalan dengan baik dan observasi ini turut dibantu oleh Kader Pelestari Budaya Kabupaten Gianyar dan Keder Pelestari Kota Denpasar.

 Berikut ini Hasil Observasi di Pura Puseh Candi Wasan:
·         Pada kegiatan observasi tersebut Divisi Budaya Materi dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu : 
     1.      Kelompok yang mengukur denah di dalam Pura Puseh Candi Wasan, yaitu: Weda Waisnawa, Novi Antari dan Ayu Parisna Dewi
      2.      Kelompok yang mewawancarai,mengamati disekitar Pura Puseh Candi Wasan, yaitu:
      a.Menelusuri arah barat  : Trisna Pradnyanitha, Luhde Dharma Widiastuti
      b.Menelusuri arah selatan, timur dan utara    : Girindra, Gungde
    3.      Kelompok yang mewawancari Bendesa Adat setempat, yaitu: Gung Oka, Derry dan Dimas (Kader Pelestari Budaya Kabupaten Gianyar).

Denah I 
Candi Wasan  



    1.      Bangunan 1 (Candi Wasan)
Bentuknya seperti piramida yang pondasinya persegi dengan luas ± (3x3)m.
Bangunan Candi Wasan ini sudah mengalami perbaikan/pemugaran, namun ada beberapa bahan penyusun asli yang digunakan yaitu sekitar 122 bata, jadi dapat ditafsirkan bahwa sekitar 90% bahan Candi Wasan ini tidak menggunakan aslinya
   2.      Bangunan 2 (Dugul)
Bangunan dugul ini berukuran 80cmx60cm. Dugul ini sudah mengalami kerusakan kecuali pada bagian pondasinya
   3.      Bangunan 3 ( Kumpulan beberapa arca)
Bangunan pada denah no. 3, terdapat beberapa kumpulan arca yang sudah mengalami kerusakan dan  ada bagian-bagiannya yang hilang. Beberapa arca yang ditemukan adalah 3 patung mirip hewan, yaitu babi, domba dan yang satu belum diketahui karena kepalanya hilang, tiga patung mirip manusia, salah salah patung ganesha, dan beberapa pecahan-pecahan atau bagian-bagian arca yang lainnya
   4.      Bangunan 4 (Piasan)
Bangunan ini bahan penyusunnya masih sangat baru dan dibangun sekitar tahun 2009 dengan ukuran (2x2)m
   5.      Bangunan 5 ( Tempat Pemangku)
Bangunan ini juga bahan penyusunnya masih sangat baru dan diperkirakan dibangun bersamaan dengan piasannya
   6.      Bangunan 6 (Arca)
Bangunan arca ini berukuran 80x80cm dengan tingginya ± 1m, dan  arca yang menghadap ke Candi Wasan. Arca ini masih baru dan terlihat kokoh
   7.      Bangunan 7 (Kolam)
Kolam yang terdapat di sebelah selatan Candi Wasan sudah mengalami perbaikan/pemugaran yaitu dengan menggunakan bahan paras. Ukuran kolam ini sekitar (6x4)m
   8.      Bangunan 8 (Pelinggih)
Bangunan dibelakang Candi Wasan ini terdapat 2 pelinggih yang terbuat dari bambu namun pondasinya terdiri dari tumpukan-tumpukan bata atau batu yang sudah sangat tua, dengan luas bangunan (60x60)cm
   9.      Bangunan 9 (Tumpukan Bata Tua)
Tumpukan bata tua ini terdapat didepan candi sebelah selatan yang berukuran ± (40x40)cm dengan ketinggian ± 20cm

Denah II
Candi Wasan


Keterangan:
   1.      A1:
a.       Merupakan bangunan baru
b.      Berbentuk pelinggih tanpa atap yang pada puncaknya terdapat tiga buah patung rangda
c.       Pelinggih terbuat dari paras dan batu kali yang direkatkan dengan semen dan terdiri dari tiga undak,yaitu :
·         UndakI:
Tinggi +- 30cm dari tanah
Dari paras dan semen
·         Undak II:
Tinggi sekitar +- 80cm dari puncak undak I dengan ukuran lebih kecil
Terbuat dari batu kali dan paras yang direkatkan dengan semen
Pada puncaknya terdapat dua buah patung rangda pada bagian pojok kanan depan dan pojok kiri depan
·         Undak III:
Tinggi sekitar +- 15 cm dari puncak Undak II
Terbuat dari paras
Memiliki tameng di bagian belakang dengan permukaan lebih sempit, hanya cukup untuk satu buah patung rangda identik dengan patung pada undak I
   2.      A2:
a.       Bale Pawedan (baru)

   3.      A3:
a.       Bale Piyasan (baru)
   4.      A4:
a.       Berupa susunan batu berbentuk piramid persegi panjang dengan 3 tingkat, dimana luas tingkat piramid berkurang sekitar 10cm – 15cm pada masing-masing sisinya dan terbuat dari paras
b.      Dasar piramid memiliki panjang +- 180cm dan lebar +- 90cm.
c.       Pada puncak piramid terdapat beberapa arca, yaitu:
                                                            1.      3 arca berbentuk manusia (tidak utuh)
                                                            2.      2 arca berbentuk silinder (tidak utuh)
                                                            3.      Beberapa arca tidak beraturan dan batu kali
d.      Pada bagian depan piramid terdapat sebuah balok batu dengan tinggi +- 40cm, lebar +-15cm dan panjang +- 180cm
e.       Pada sisi piramid terdapat 3 arca hewan berkaki empat yang menurut pemangku setempat salah satu dari arca tersebut adalah Nandi. 1 arca terdapat pada sisi barat candi dan sisanya di sisi timur
Arca hewan ini beralas susunan paras yang terpisah dengan piramid sejauh +- 15cm
   5.      A5:
a.       Pelinggih baru
   6.      A6:
a.       Berupa tumpukan batu tidak beraturan, kemungkinan reruntuhan dari suatu bangunan. Tertutup rumput. Belum dilakukan pengamatan lebih lanjut.




Pura Puseh Wasan adalah salah satu situs purbakala yang terdapat di Desa Belahtanah Kabupaten Gianyar, Pura ini termasuk wilayah Kerajaan Sukawati . Saat ini Pura Puseh Wasan  masih dalam proses penelitian oleh Arkeolog. Dimana dilakukan penggalian dari situs purbakala ini, dan ditemukan peninggalan-peninggalan berupa arca-arca yang menjadi bukti sejarah lahirnya Pura Puseh Wasan. Didalam Pura Puseh ini, terdapat beberapa areal pura yang terbagi, diantaranya Pura Subak dan Pura Puseh. Berikut akan dijelaskan areal Pura Subak.
  Pada awalnya di area ini tidak terdapat Pura Subak, namun menurut narasumber, awalnya Pura Subak terletak di Desa Mas Ubud, namun karena beberapa penduduk memiliki lahan pertanian di daerah Belahtanah dan letaknya cukup jauh dari Desa Mas Ubud, maka  dibangunlah Pura Subak yang terletak di Pura Puseh Wasan ini. Dimana Pura Subak ini dibangun diatas situs purbakala yang sudah tertimbun. Sebagaian besar bahan utama dari bangunan yang terdapat di Pura Subak adalah dari batu paras, mengingat di daerah sekitar area pura terdapat penambangan batu paras, yaitu diwilayah Tegenungan. Disekitar Pura Subak terdapat 5 buah lingga yang diletakan di bale piasan, dan terdapat sebuah yoni. Selain lingga dan yoni, juga terdapat arca-arca berbentuk manusia, dimana beberapa arca yang ditemukan di area pura tersebut, sudah disimpan di Museum Pejeng. 

Denah Pura Subak



Keterangan :

A: area
A1 : Bale Piasan
A2 : Pelinggih
A3 : Pelinggih
A4: Pelinggih
A5: Pelinggih
A6: Pelinggih
A7: Pelinggih
A8: Pelinggih


 Hasil Wawancara dengan Seorang Warga
Narasumber                 :Bapak Wayan Karja
Pewawancara              : Divisi Budaya Materi

Berdasarkan keterangan narasumber, dulunya daerah yang sekarang disebut sebagai kawasan Candi Wasan, merupakan lahan pertanian warga. Keberadaan sungai disebelah barat lahan pertanian, menjadikan kawasan ini sebagai daerah yang subur dan produktif. Berdasarkan cerita, seorang warga yang bercocok tanam di lahan tersebut menemukan benda keras seperti batu paras saat mencangkul tanah. Penemuan warga ini selanjutnya dilaporkan ke desa setempat untuk ditindaklanjuti. Kemudian tahun pada bulan Oktober tahun 1986 di tempat yang sama ditemukan 18 tumpukan paras , arca dan bataran (pondasi) yang berbentuk persegi oleh peneliti Balai Arkeologi yang kemudian diserahkan kepada Balai Purbakala Bedahulu untuk diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bantaran dan benda-benda temuan merupakan reruntuhan candi. Berdasarkan kajian yang dilakukan sejak tahun 1986-2001 terhadap posisi dan bentuk bantaran candi serta batu paras yang digunakan maka keberadaan candi diperkirakan memiliki keterkaitan dengan candi-candi yang ada di Jawa. Spekulasipun muncul  bahwa daerah tersebut merupakan suatu komplek candi pemujaan, oleh karena itu dilakukan penggalian lagi di areal pura didekat pohon beringin dan berhasil ditemukan tumpukan batu pada kedalaman kurang lebih 1meter, tidak hanya candi namun ditemukan pula penemuan arca yaitu 2buah lingga dan 1 buah yoni, yang kemudian diketahui bahwa Candi Wasan merupakan komplek candi pemujaan terhadap Dewa Siwa. Lingga dan yoni yang ditemukan kemudian dilinggihkan di Pura Ulun Subak yang telah disungsung antara tahun 1957-1958 jauh sebelum ditemukannya tumpukan paras pertama kali. Kemudian pada tahun 2011-2012 Balai Purbakala Bedahulu membangun kembali Candi Wasan dengan menambahkan material (paras) asli pada bangunan candi, dan pada bulan September-Nsovember 2012 dilanjutkan dengan pembuatan penyengker cand
 Saat ini kawasan Candi wasan telah menjadi tempat persembahyangan yang odalannya bersamaan dengan odalan  di Pura Ulun Subak yakni pada buda cemeng klawu dan di empon oleh kurang lebih 10 kepala keluarga.
Penggalian terhadap kawasan kompleks candi terhenti dan terbengkalai karena menemui kendala pada pendaan dan sarana prasarana, begitu pula dengan Candi Wasan yang menjadi tidak terurus, awalnya 10 KK yang mengempon pura telah membuat kelompok gotong royong namun karena kesibukan dan tidak adanya sangsi yang tegas bagi anggota yang tidak hadir, maka keanggotaannya semakin tidak jelas dan akhirnya berdampak pada kondisi kawasan Candi Wasan yang tidak terawat 

Situasi dan Kondisi di sekitar Lingkungan Pura Puseh Candi Wasa

Kami menyurvey ke arah selatan,  timur dan utara Pura Puseh Candi Wasan.

Hasil yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

1.      Di bagian selatan, kami menelusuri jalan yang dilalui untuk menuju Pura Puseh Candi Wasan dan kami dapat mendokumentasikannya, serta kami melihat ada terowongan aliran air disebelah selatan yang nampak seperti terowongan jaman Belanda

2.      Di bagian timur, kami menelusuri sawah-sawah, tetapi kami  tidak menemukan batu-batu atau arca-arca yang konon terdapat peninggalan di Pura Puseh Candi Wasan tersebut. Di sekitar tempat parkir kami melihat batu-batu tua, kami sempat bertanya kepada petani disana, mereka mengatakan bahwa batu-batu itu di dapatkan disekitar Pura Candi Wasan tersebut

3.      Di bagian utara, kami menemukan gundukan-gundukan tanah yang berbeda dari tanah sekitarnya, menurut salah satu masyarakat disana, gundukan tersebut belum pernah di gali. Kami juga dapat mendokumentasikan beberapa foto-foto pada bagian utara dan timur Pura Puseh Candi Wasan, dengan objek Candi Wasan tersebut.


       
Hasil Wawancara dengan Bendesa Adat

Narasumber : Bapak Bendesa Adat Desa setempat

Pewawancara : Kader Pelestari Budaya Kabupaten Gianyar

Dari Hasil Wawancara dengan Bendesa Adat Desa setempat kami mendapatkan data sebagai berikut :

   1.      Perkiraan Candi Wasan di pugar sejak tahun 2009 yang lalu

   2.      Candi Wasan di teliti dari tahun 1986
   3.      Baleran Pura Pemaksan
   4.      Pengempon Pura Pemaksan adalah campuran pengempon dari berbagai daerah
   5.      Candi Wasan memiliki pengempon sekitar 11-20 KK
   6.      Sebelum di pugar bangunan Candi Wasan bentuknya klasik dengan 3 pohon beringin besar yang membuat suasana terkesan angker
   7.      Dulunya candi ini di dalam tanah, namun kali ini sudah dibuat atau di pugar di atas permukaan tanah
   8.      Tahun selesai di bangunnya Candi Wasan ini sejak 1 tahun yang lalu dan kolamnya 2 tahun yang lalu
   9.      Odalan di Pura Puseh Candi Wasan jatuh pada buda cemeng klawu
   10.  Masyarakat sekitar mengetahui dan mengenal adanya Candi Wasan
   11.  Arca catur muka di Pura Pemaksan
   12.  Waksan artinya tempat pengintaian dan pengawasan yang dibuat oleh Kerajaan Sukawati, karena konon saat jaman itu di daerah ini menjadi perbatasan antara Kerajaan Ubud dan Sukawati
   13.  Pura Hyang Naga, Pura Hyang Loni dan Pura Hyang Tiba masing-masing di empon oleh 2 KK/lebih
   14.  Konon pura-pura kecil yang tersebar di beberapa lokasi di sekitar desa berpusat di Pura Candi Wasan ini. 

   Foto  Arca

 


 

 


   





 



Post a Comment

3 Comments

  1. keren mas hehe tapi kepanjangan saya belum sempet membaca semuanya hehe. Tapi keren udah mau berbagi

    ReplyDelete
  2. terimakasih uda mau membaca brow...

    ReplyDelete