Berkisar antara empat juta tahun
sampai dua puluh ribu tahun SM, disebut sebagai zaman batu, karena pada masa
itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya pada abad ke
XV sampai VI SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk berbagai
peralatan, dimana besi merupakan bahan yang pertama kali digunakan di Irak
(Brouwer, 1982 : 6). Pada abad ke VI SM di Yunani lahirlah filsafat, disebut The Greek Miracle yang artinya suatu
peristiwa yang ajaib. Beberapa faktor yang mendahului lahirnya filsafat di
Yunani, yaitu:
a) Mitologi bangsa Yunani
b) Kesusastraan Yunani
c) Pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu
itu sudah sampai di Timur Kuno.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat
penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan
pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah
pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskari
fenomena alam. Perubahan pola pikir
tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena
selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia
yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan
kreatif ,sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses
inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati
dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan poin untuk memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini tidak langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap
(evolutif). Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus
melalui pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode
menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada kontemporer. (Drs.Surajiyo ;hal 80)
Pada
dasarnya manusia di zaman purba (batu) hanyalah menerima semua peristiwa
sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan
sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya
diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu common denominator, itu pun
barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan,
maka keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh
karena itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi. Pengamatan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute fact atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih
berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran
(receptive attitude dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).
Perkembangan
pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat diruntut jauh ke
belakang, bahkan sebelum abad 15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada
masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan
yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak
dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu
berlangsung selama jutaan tahun.
Zaman
pra-Yunani Kuno (purba/batu) dalam sejarah peradaban manusia merupakan zaman
ketika manusia belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Sesuai
dengan namanya, zaman batu (purba/pra-Yunani Kuno), pada masa itu manusia menggunakan
batu sebagai peralatan. Hal ini
tampak dari temuan- temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong
membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu manusia pada
zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang
binatang antara lain digunakan
menyerupai fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda-benda hasil
peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk
berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya. Adapun
sisa peradaban manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti :
1. Peralatan
dari batu,
2. Tulang
belulang hewan,
3. Sisa
beberapa tanaman,
4. Gambar-gambar
di gua,
5. Tempat-tempat
penguburan, dan
6. Tulang
belulang manusia purba.
Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba perkembangan
pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina,
India, Timur Tengah (Peradaban Islam) dan Eropa.
Ada keterkaitan saling pengaruh antara
perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan
alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap
perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah
mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinasti Shang, sedangkan
peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan surnbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan
penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka,
kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik
tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern. India bahkan sudah
menemukan roda pemutar untuk pembuat tembikar pada abad ke-30 SM.
Benda-benda
tersebut terus mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan uji coba yang
dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini juga manusia
menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk membuat
peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah
menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan. Zaman
pra-Yunani Kuno, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yakni :
1.
Zaman batu tua yang berlangsung
4 juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri
khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu
dan tulang, mengenal cocok tanam dan beternak, dan dalam kehidupan
sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan
salah) kemudian bisa berkembang.
2.
Zaman batu muda yang
berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Kemampuan itu berupa kemampuan
menulis (dinyatakan dengan gambar dan simbol atau lambang-lambang), kemampuan
membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan berhitung.
Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, perdagangan,
dan hukum.
3.
Zaman logam. Zaman ini
berlangsung dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian
logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak,
atau bahkan peralatan perang.
Salah satu ciri pada zaman ini
adalah warisan pengetahuan berdasarkan know
how yang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada
masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Suatu
peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.
2. Gambar-gambar
itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang diseb ut
pictographic writing.
3. Peningkatan
ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda
tertentu.
4. Tingkat
yang paling tinggi adalah abjad.
Pada
masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one corespodensy atau map
process, hal ini menyerupai anak-anak
yang belajar berhitung dengan jari-jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan
keadaan alam sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka
memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut :
1. Gugus
bintang di langit sebagai satu kesatuan sekarang dikenal dengan nama zodiak.
2. Kedudukan
matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak dalam rangka zodiak
tersebut.
3. Dikenal
bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan planet-planet.
4. Waktu
bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari.
5. Timbul
dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan diperlukan ± 365
hari sebelum kembali ke kedudukan semula.
6. Ketika
matahari timbul dan tenggelam sebanyak 365 kali, bulan mengalami perubahan
sebanyak 12 kali.
7. Ditemukan
beberapa gejala alam, seperti gerhana.
Zaman pra-Yunani
Kuno ini ini ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut :
1. Know
how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman (empirical
knowledge).
2. Pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman itu diterima senagai fakta dengan sikap receptive
mind.
3. Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan
pemikiran pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
4. Kemampuan
menulis, berhitung dan menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terjadap
hasil abstraksi yang dilakukan.
2 Comments
Bagus gan artikelnya cukup lengkap..
ReplyDeleteBagaimana jika tidak disebut perkembangan, tapi penggalian kembali ilmu pengetahuan yang dulu sudah maju.
ReplyDelete