BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
masa reformasi keinginan membangun karakter bangsa terus berkobar bersamaan
dengan munculnya euforia politik
sebagai dialektika runtuhnya rezim orde. Keinginan menjadi bangsa yang
demokratis, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), menghargai dan
taat hokum adalah beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada justru menunjukkan fenomena
yang sebaliknya. Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme tidak semakin surut
malahan semakin berkembang. Demokrasi penuh etika yang didambakan berubah
menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme. Kesantunan social
dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kecerdasan kehidupan bangsa yang diamanatkan para
pendiri negara semakin tidak tampak, semuanya itu menunjukkan lunturnya
nilai-nilai luhur bangsa. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan pelajar dan
mahasiswa adalah meminum minuman keras, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan
narkoba yang bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS. Fenomena lain yang
mencorong citra pelajar adalah dan lembaga pendidikan adalah maraknya „geng
pelajar‟ dan „geng motor‟. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada
tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan
tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan
mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah
yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di
lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Upaya
yang tepat untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa
Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia adalah melalui
pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam
pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan
terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik
menjadi baik. Pasraman merupakan salah satu wadah pendidikan informal umat
Hindu. Berdirinya
Pasraman di Bali terkait dengan pendidikan nasional yang terlalu menekankan
aspek kecerdasan intelegensia anak didik dibandingkan kecerdasan emosional dan
spiritual. Sistem pendidikan nasional terlalu menitikberatkan pola pembelajaran
untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan otak yang hebat. Namun,
sistem pendidikan ini justru secara bersamaan menjerumuskan peserta didik
berada dalam jurang yang tandus nilai-nilai moralnya. Kondisi tersebut jelas
membahayakan masa depan generasi muda. Pasraman dapat menjadi wadah pendidikan
yang dapat memecahkan masalah krisis kecerdasan emosional dan spiritual
generasi muda tersebut. Terkait dengan latar belakang di atas maka pada karya
tulis ini akan dikaji mengenai revitalisasi Pasraman untuk membangun karakter
generasi muda Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
potensi Pasraman dalam membangun karakter generasi muda Bali ?
2.
Bagaimana
menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan Pasraman untuk membangun karakter
generasi muda Bali?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penelitian dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui potensi Pasraman dalam membangun karakter generasi muda Bali.
2.
Untuk
mengetahui penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan Pasraman untuk
membangun karakter generasi muda Bali.
1.4 Manfaat
Penulisan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara
lain sebagai berikut:
1.
Bagi
pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemanfaatan Pasraman untuk
meningkat pendidikan karakter bangsa. Dengan karya tulis ini diharapkan program
pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa Indonesia dapat segera
terealisasikan.
2.
Bagi
masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai potensi Pasraman dalam meningkatkan
pendidikan karakter bangsa.
3.
Bagi
penulis, menambah wawasan penulis mengenai pentingnya pendidikan karakter
bangsa bagi suatu negara, serta aplikasinya melalui kegiatan di Pasraman.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi
Pasraman dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Generasi Muda Bali
Pendidikan
karakter perlu diajarkan kepada seluruh siswa di pelosok negeri, khususnya di
Indonesia. Mengingat banyaknya aktivitas asusila (tidak baik) yang sering
dilakukan oleh para remaja. Contohnya, seperti tawuran antar pelajar,
pencurian, pemakaian narkoba, dan lain-lain. Dengan diberikannya pendidikan
karakter bangsa bagi para pemuda Indonesia, maka akan memperkecil jumlah
tindakan asusila tersebut. Oleh karena itu, pendidikan karakter penting bagi
pertumbuhan individu menjadi manusia yang seutuhnya dan sebaiknya dilakukan
sejak dini. Pendidikan karakter dapat diberikan melalui lingkungan keluarga
(informal), lingkungan sekolah
(formal), dan
lingkungan masyarakat (nonfomal). Banyak orang tua yang gagal dalam mendidik
karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan
aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan
pendidikan karakter di sekolah. Adapun materi yang berkaitan dengan pendidikan
karakter meliputi 9 pilar yang belum secara optimal terwujud baik di lingkungan
keluarga maupun sekolah, sebagai berikut:
1. Karakter cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,
2. Kemandirian dan
tanggungjawab,
3. Kejujuran atau
amanah, diplomatis,
4. Hormat dan
santun,
5. Dermawan, suka
tolong-menolong dan gotong royong atau kerjasama,
6. Percaya diri
dan pekerja keras,
7. Kepemimpinan
dan keadilan,
8. Baik dan rendah
hati, dan
9. Karakter
toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan
pilar dalam pendidikan karakter tersebut, tidak hanya dapat ditemukan dalam
kegiatan di sekolah. Tetapi di lingkungan masyarakat, khususnya pada masyarakat
umat Hindu di Bali juga dapat diajarkan. Adapun kegiatan tersebut adalah
Pasraman. Pasraman merupakan lembaga pendidikan khusus bidang agama Hindu.
Lembaga ini merupakan alternatif, karena pendidikan agama Hindu yang diajarkan
di sekolah formal dari tingkat sekolah dasar sampai dengan di sekolah Tinggi
dapat menjangkau pilar-pilar dalam mensosialisasikan pendidikan karakter. Keunggulan
Pasraman yaitu siswa lebih terfokus dalam mendalami pendidikan karakter bangsa,
selain itu kegiatan ini juga berpotensi dalam melestarikan budaya khususnya
budaya yang ada di Bali. Pada jalur pendidikan formal, agama Hindu diajarkan
sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan di Pasraman tidak sebatas ilmu pengetahuan,
melainkan sebagai bentuk latihan disiplin spiritual dan latihan menata hidup
yang baik. model pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru di Pasraman antara
lain dengan menggunakan metode pembinaan agama Hindu yang dikenal dengan Sad
Dharma, yaitu: 1) Dharma Tula, yaitu bertimbang wirasa atau berdiskusi.
Dengan harapan para siswa nantinya mampu dan memiliki keberanian untuk
mengemukakan pendapat serta dalam rangka melatih siswa untuk berargumentasi dan
berbicara tentang keberadaan Hindu.. 2) Dharma Wacana, adalah metode
pembelajaran agama Hindu yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan materi
pembelajaran agama Hindu kepada siswa. 3) Dharma Gita, adalah nyanyian
tentang dharma atau sebagai dharma, maksudnya ajaran agama Hindu yang dikemas
dalam bentuk nyanyian spiritual yang bernilai ritus sehingga yang menyanyikan
dan yang mendengarkannya sama-sama dapat belajar menghayati serta memperdalam
ajaran dharma. 4) Dharma Yatra,
yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan pengalaman pembelajaran agama Hindu
melalui persembahyangan langsung ke tempat-tempat suci. 5) Dharma Sadhana,
adalah realisasi ajaran dharma yang harus ditanamkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan
kualitas diri untuk selalu taat dan mantap dalam menjalankan ajaran agama Hindu
6) Dharma Santi, yaitu kebiasaan saling memaafkan diantara sesama umat,
bahkan diantara umat beragama Dengan banyaknya keterkaitan antara kegiatan
Pasraman dengan pendidikan karakter, maka sudah dapat dibuktikan bahwa Pasraman
berpotensi dalam menanamkan pilar-pilar pendidikan karakter bangsa pada semua
kalangan masyarakat khususnya para remaja dan anak-anak di Bali.
2.2 Penerapan
Pendidikan Karakter Generasi Muda Bali pada Kegiatan Pasraman
Hubungan
Pasraman dengan masyarakat dilakukan dalam bentuk meningkatkan hubungan
kerjasama dengan orang tua siswa, membina kerjasama dengan pemuda Hindu
sekitar, membina hubungan dengan tokoh agama Hindu, mencari donator yang mau
membantu pembiayaan, melibatkan masyarakat untuk memberikan ide serta
berpartisipasi langsung dalam memajukan Pasraman, mengadakan kunjungan pada
acara keagamaan tertentu dengan mengajak siswa melibatkan masyarakat terutama
orang tuasiswa untuk memberikan ide dan saran guna memajukan Pasraman secara bersama.
Terkait dengan hal tersebut, selain kegiatan Sad Dharma yang sudah dibahas di
atas, para siswa di Pasraman juga diajarkan berbagai pengetahuan agama, upacara
dan membuat sarana upakara, disamping Dharma Gita, Budi Pekerti, Mesatwa Bali,
Latihan Seni Tabuh, serta Mejejahitan. Selain rancangan kegiatan di atas,
materi lain yang dapat diberikan meliputi: untuk kalangan remaja, seperti
materi pelajaran Yoga, Patologi, Kesehatan Mental, Ilmu Budaya Dasar, Budi
Pekerti, Wiracarita, Weda, Tatwa, Wariga, Hari Raya Suci, Pura, Ketrampilan,
Dharma Gita, Menggambar, Nyastra dan Seni Tabuh Gong Remaja. Untuk ketrampilan wanita
diajarkan mejejahitan. Pembelajaran bersistem Pasraman paling tidak dapat
mengarahkan perhatian remaja dapat mengenal, memahami dan membuat berbagai
bentuk ketrampilan sarana upakara serta seni budaya lokal. Untuk itu pola
pendidikan Pasraman tersebut diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan
pemberian muatan lokal tentang sejarah desa dan sejarah pura-pura yang ada di
desanya.
Selain
menjalankan dharma agama, kegiatan Pasraman juga diharapkan dapat mentransfer
pengetahuan mengenai adat dan tradisi budaya Hindu yang ada di Bali dalam
berbagai khasanahnya. Dalam metode system pembelajaran Pasraman, tidak saja
diajarkan ketrampilan membuat berbagai perlengkapan sarana upakara, menguasai
Dharma Gita juga membentuk dan membekali militansi generasi remaja Hindu dengan
budi pekerti, ketahanan mental yoga serta berbagai khasanah kesenian yang
menjadi warisan adiluhung masyarakat Bali.Pasraman sebagai warisan Hindu di
masa lalu hendaknya dapat dibangkitkan kembali sebagai pusat pembelajaran,
pencerahan, dan pendalaman bidang agama sebagai upaya membangun karakter
generasi muda di Bali. Dengan bekal pengetahuan agama generasi muda diyakini
dapat memahami dan mencintai peradaban agama Hindu miliknya, tidak terpengaruh
pada budaya asing yang tidak cocok dengan kepribadian dan budaya Bali. Agama
Hindu di masa lalu kini perlu dibangkitkan melalui kegiatan Pasraman dalam
membangkitkan karakter generasi muda Bali untuk diaplikasikan prakteknya dalam
pengamalan agama saat ini, sehingga pelaksanaan ritual agama tidak bersifat
dogma, kaku, dan mule keto.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Potensi
Pasraman dalam menanamkan pilar-pilar pendidikan karakter bangsa dapat
dibuktikan dengan banyaknya keterkaitan antara kegiatan Pasraman dengan
pilar-pilar pendidikan karakter yang sudah dijelaskan pada pembahasan.
2.
Implementasi
kegiatan Pasraman yang dapat dilakukan dalam rangka membangun karakter generasi
muda Bali antara lain Dharma Tula, Dharma Santi, Dharma Sadhana, Dharma Yatra,
Dharma Wacana, dan Dharma Gita.
3.2 Saran
1.
Pada
generasi muda Bali sebagai obyek dan subyek pelaksanaan Pasraman agar memiliki
kebanggaan dan paham atas kearifan lokal miliknya sendiri serta tidak asing dengan
nilai tradisi budaya Hindu dan dresta yang dimiliki khususnya pada desanya
masing-masing.
2.
Kepada
pihak pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk mencoba memanfaatkan Pasraman
dalam menanamkan pilar-pilar pendidikan karakter bangsa. Sehingga tindakan
asusila khususnya yang diperbuat oleh pemuda Indonesia dapat diminimalisir.
3.
Kepada
pihak penyelenggara Pasraman, supaya merancang kegiatan Pasraman dengan
sebaik-baiknya dan tidak membosankan melainkan membuat para siswa ketagihan
mengikuti kegiatan Pasraman.
4.
Perlunya
diadakan sosialisasi kepada masyarakat luas terutama dikalangan pelajar akan
pentingnya pendidikan karakter bangsa yang dapat dipelajari melalui kegiatan
Pasraman.
0 Comments